Tujuan utama dari periode starter adalah untuk mencapai bobot badan standar pada minggu ke-4 dan ke-5. Kondisi yang harus diciptakan pada kandang ayam layer periode starter adalah dengan mengatur suhu sesuai standar yang direkomendasikan, kelembapan, intensitas dan lama waktu pencahayaan, sirkulasi udara, luas lantai yang cukup dan dapat dengan mudah mengakses air minum dan pakan, hal ini akan diupayakan sedemikian rupa untuk menciptakan kenyamanan bagi pertumbuhan ayam periode starter.
Keterlambatan pertumbuhan pada ayam layer umur 4-5 minggu akan berdampak pada penurunan bobot badan pada usia pullet 16 minggu dan akan menurunkan performa pada masa produksi, khususnya terhadap rata-rata bobot telur
.
Jenis Kandang Periode Starter
Kandang yang umum digunakan pada saat periode starter adalah kandang postal dengan litter berupa sekam, meskipun ada beberapa peternak yang menggunakan kandang jenis panggung namun untuk pemeliharaan masa brooding masih menggunakan liter berupa sekam.
Beberapa peternak ayam layer di Indonesia sudah mulai mengembangkan kandang koloni berkapasitas 100 200 ekor per sangkar untuk pemeliharaan periode brooding. Pada prinsipnya, jenis kandang apa pun bisa digunakan untuk pemeliharaan periode brooding ayam petelur dengan syarat kondisi temperatur lingkungan yang terjaga dan optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan anak ayam.
Mengatur Area Brooding
Sebelum penerimaan DOC ayam petelur, kandang dan area brooding harus sudah siap digunakan sehingga bisa langsung ditempati oleh anak ayam dengan nyaman. Perlu adanya persiapan kandang dalam rangka menciptakan kondisi lingkungan ideal bagi anak ayam yang baru datang. Hal pertama yang perlu dilakukan dalam mempersiapkan periode brooding adalah mengatur area brooding.
Pada sebagian kandang open house, area brooding dibuat dengan memasang chick guard berbentuk lingkaran pada bagian tengah kandang. Chick guard terbuat dari lapisan seng tipis dan lentur sehingga mudah untuk dibentuk menjadi lingkaran dengan ukuran diameter sesuai kebutuhan.
Chick guard berfungsi sebagai area pembatas anak ayam supaya tetap berada di area brooding dan dalam jangkauan pemanas. Brooding area yang menggunakan chick guard pada umumnya dilengkapi dengan jenis heater/pemanas gasolek, central heater, semawar ataupun pemanas berbahan arang. Ukuran chick guard bervariasi dengan kepadatan populasi ayam ketika chick-in berkisar 50-60 ekor/m2. Ukuran brooding akan bertambah luas dan mengalami pelebaran yang disesuaikan dengan berat badan dan kepadatan ayam setiap 3-5 hari sekali hingga usia ayam 21 hari dan ukuran luas brooding mencapai luas lantai kandang penuh.
Membuat area brooding pada sebagian area kandang sudah menjadi praktek umum yang dilakukan oleh peternak dalam rangka mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk pemanas buatan.
Pembuatan area brooding dengan batas khusus (pada umumnya 1/3 luas kandang total) selain bertujuan mengurangi biaya pemanas, juga dapat mempermudah peternak dalam mengatur suhu udara area brooding menjadi lebih ideal karena berada pada luas area yang lebih kecil.
Beberapa kandang telah melakukan modifikasi area broodingnya menggunakan chick guard yang lebih luas lagi dan beberapa kandang sudah tidak lagi menggunakan area brooding dengan chick guard, area brooding sudah mulai menggunakan kandang koloni berukuran 100 x 100 cm yang diisi dengan populasi DOC sebanyak 100 – 150 DOC. Pada brooding kandang koloni, pemanas yang digunakan berupa lampu pijar kuning 5 watt dengan ketinggian sekitar 40 cm dari lantai kandang.
Area brooding juga hendaknya menggunakan alas lantai atau litter. Litter kandang bisa terbuat dari banyak bahan alam seperti jerami, serbuk kayu, serbuk gergaji atau sekam padi. Syarat suatu bahan dikatakan bisa menjadi litter kandang adalah bahan tersebut tersedia dalam jumlah banyak, memiliki daya serap air, tidak berbau, tidak bersifat toksik pada ayam dan harganya murah.
Pada umumnya kandang ayam layer di Indonesia menggunakan litter dari sekam padi. Ketebalan litter kandang hendaknya diatur setinggi 8 – 15 cm dari lantai kandang. Pada periode brooding, litter juga berfungsi sebagai media penghantar panas bagi DOC. Selama periode brooding, sebaiknya dilakukan proses pembalikan litter supaya kotoran ayam yang terserap oleh sekam tidak menjadi sumber ammonia dan menjadi faktor penyebab timbulnya penyakit.
Drinker dan Feeding System
Pengaturan posisi peletakan tempat ransum ayam dan tempat minum ayam di dalam lingkaran area brooding perlu diatur sedemikian rupa agar anak ayam tidak berebut dalam mengambil makan dan minum.
Tempat ransum yang digunakan adalah jenis nampan DOC untuk hari pertama chick-in, tempat ransum jenis nampan dianggap mempermudah mengenalkan ransum pada anak ayam. Selain menggunakan nampan DOC, peternak pada umumnya mengganti fungsi nampan dengan menaburkan sebagian ransum langsung di atas alas koran.
Penggunaan alas koran yang dihamparkan di atas liter sekam dikenal dengan istilah paper feed yakni bertujuan membantu anak ayam agar mudah mengakses pakan dan tidak tertukar dengan sekam. Hal ini dilakukan selain untuk menggantikan fungsi nampan DOC, juga untuk mempermudah anak ayam dalam mendapat pakan.
Tempat ransum nampan DOC dikombinasikan dengan tempat ransum jenis baby chick feeder (BCF) dengan rasio 1 BCF untuk 30 ekor anak ayam. Pada beberapa kandang yang sudah menggunakan sistem brooding. dengan pemanas sentral, tempat ransum anak ayam tidak lagi menggunakan nampan ransum. Pengenalan ransum kepada DOC dikenalkan melalui alas koran atau kertas yang dihamparkan seluas area brooding.
Sedangkan tempat minum yang digunakan pada umumnya kombinasi antara nipple drinker dan tempat minum galon manual. Hal ini dikarenakan area brooding hanya mencakup jumlah nipple drinker yang terbatas sehingga perlu penambahan jumlah tempat minum galon manual untuk memenuhi kebutuhan air minum dari anak ayam.